“Bukit Sungai Langit Saksi Bisu Keserakahan”


Pilihan pekerjaan (Profesi) sebagai Wartawan (Jurnalistik), sungguh muliya bila dikerjakan sungguh-sungguh, landasan jujur, untuk melahirkan kebenaran, namun tak sedikit Wartawan tergelincir dalam menjalankan tugasnya, karena menerima suap untuk meredam berita, dan menyembunyikan Kejahatan, kata Hendra, sang Penulis Cerita Kidung Perahu Tiris?
Tak heran dari karya Jurnalistik yang jujur, kata Hendra berseloroh pada sahabatnya Sulaiman penulis terkenal dengan Cerpen Sembilu Bergetar di balik Bukit Sungai Langit, “Pena Wartawan ada saatnya membuat orang tersenyum dan sebalik Menangis” Karena kebenaran terungkap dibalik goresan Pena Wartawan.
Pena Wartawan “bisa membuat orang tersenyum dan menangis” soal menangis dan tersenyum bagian yang tak terpisahkan dalam perjalanan kita, apa yang ditaburkan, itu pula yang dituai jelas Hendra pada Sulaiman.
Sulaiman, hanya mengangguk kecil dengan senyumnya yang semengeringah, sambil menahan nafas, dari atas Bukit Sungai Langit.
Jika banyak orang tersenyum karena beritamu, jangan kau berlaku sombong dan angkuh.
Karena dibalik senyum itu terkadang tersembunyi suatu kejahatan yang merugikan masyarakat luas.

Dan sebaliknya, Hendra mengingatkan sahabatnya Sulaiman, bila ada orang menangis karena beritamu, jangan berfikir negative dulu, mungkin ada hak-haknya yang belum kamu tulis dan disajikan, untuk rasa keadilan, papar Hendra.
Bagi yang tersenyum dan menangis karena beritamu, pertanda ada kebaikan yang di sampaikan dan terungkapnya kejahatan yang di terbongkar, itu kerja keras Pena Wartawan dengan kejujurannya mengungkapkan fakta.
Membuat orang “Ternyum dan Menangis” Bukit Sungai Langit, sepuluh tahun belakangan ini jabedi saksi bisu, terungkapnya “kebenaran dan kejahatan” papar Hendra, pada sahabatnya Slaiman, seraya meneguk Kopi pahitnya, ditengah naik harga Gula dipasaran umum.
Sulaiman, terkekeh dengan tawa khasnya, bergaung hahaha…aaaa.Sulaiman, berkomentar, jangan lagi mengingat masa lampau, siapapun raja yang berkuasa (saat) itu ?
Cukup ada ingatan dihati rakyat, “yang dzolim, cukup tercatat dzolim, kita maafkan ke dzolimannya sebagai manusia biasa?” Sulaiman, enjoy mengisap rokok dan Kopi pahit dibalik pondok reatnya di Bukit Sungai Langit itu. Sulaiman, mengingatkan Hendra, sahabatnya seorang journalist yang kreatiave itu, Sulaiman, mengatakan mari kita dorong dan ingatkan siapapun rajo yang beristana di Bukit Sungai Langit dibelakang desa Koto Kapeh, Kerinci itu kita ingatkan bersama, “jadilah raja yang adil, tegas, arif dan bijaksana” yang tahu hak dan kewajibannya.
Tidak hanya batas berkuasa, memperkaya diri, keluarga, kita ingatkan tuan raja, mengutamakan kepentingan rakyat yang lebih besar, karena mereka pembayar pajak terhadap daerah yang dikuasai sang raja, tutur Sulaiman.
Ditengah naiknya sinar mentari pagi, di Bukit Sungai Langit, angin berembus semilir tenang, seolah membawa harapan, tiba-tiba muncul sesosok wanita sahabat lama dari Hendra,
Ia dipanggil Subaidah seorang tenaga ahli bidang pendidikan anak.
Assalmualaikum Bang Hendra, lagi apa Tanyanya,..?
Hendra terkejut ada apa kesini, hari ini tanggal merah kegiatan sekolah lagi kosong, saya menghantarkan sebungkus (ibat Nasi) sambal Daun Surian (Daun Suhin) dan bersisi gorengan belut kesukaan bang Hendra, Alhamdulillah.

Tapi sayang hanya satu bungkus saya tidak tahu, jika ada bang Sulaiman, disini.
Tidak apa kata Hendra, satu bungkus lebih dari cukup, kami berdua akan berbagi makan bersama soal rezeki papar Hendra, bukan besar kecilnya dalam jumlah, tapi ke ikhlasan pemberi dan penerima, adalah bentuk sadaqqah yang pantas di kembangkan, bersedaqqah tidak harus menunggu jadi orang kaya, pejabat, dan raja.
Hendra dan Sulaiman, makan bersama di depan Subaidah, sambil bergurau Hendra berkelakar,…selain Sambal Belut dengan Daun Surian memang mengundang selera makan, tapi lebih dari, ingatan terhadap siapa pemberinya, ketus Hendra.
Subaidah tersenyum kecil, dengan Lesung Pipitnya yang mungil menggambarkan sisa masa gadisnya sebagai ratu desa, masih terukir dimata banyak lelaki?.
Boleh bang aku bertanya, ada apa yang dibahas dihari yang cerah ini, kalau boleh tahu ?
Hendra, menjawab, di Bukit Sungai Langit, di sebelah sana sama kita tahu itu istana sang Raja, banyak dikunjungi para tokoh penting di negeri ini baik yang datang dari dalam dan luar daerah ini.





